Search

Minggu, 01 Agustus 2010

Asmat Festival dan Pelelangan

Several Pictures of the arts and Cruise ship activities in Asmat
Andre Liem in Asmat on 26-7-1992

MASIH ADA PESTA BUDAYA TRADISIONAL SELAIN PESTA BUDAYA TAHUNAN PADA BULAN OKTOBER
DI ASMAT

GAMBARAN:
Asmat Tanah Para Pengukir atau Tanah Para Wowipitsj adalah suatu maskot bagi khasanah budaya yang sudah terpatri begitu dalam bagi perkembangan seni dan budaya di Papua. Terutama bagi masyarakat Asmat sendiri yaitu sebagai pelaku dari Para Wowipitsj dan Para Peminat Seni Budaya yang datang setiap tahun untuk mengunjungi kota Agats dan melihat pameran ukir-ukiran dan sekaligus mengikuti pelelangannya. Kegiatan Tahun 2006 ini sudah terselenggara untuk ke-23 atas kerja sama keUskupan Agats dan Pemerintah Kabupaten Asmat.
Kami bersyukur kepada pihak Gereja Katolik yang telah memupuk landasan idealisme inkulturasi agar budaya harus sejalan dengan ajaran agama, segala mahluk dibumi ini adalah ciptaanNya maka segala bentuk seni budaya yang dikreasikan oleh umat manusia hendak mempertahankan identitas mereka yang hakiki sebagai ciptaanNya jua.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa DTW atau Daerah Tujuan Wisata di Papua yang paling umum diketahui telah menjadi jatah reguler bagi pengaturan dan perencanaannya sebagai obyek wisata pada kegiatan Pesta Budaya Lembah Baliem , serta kegiatan obyek wisata ukir mengukir secara tradisional yang selalu didemonstrasikan oleh para Wowipitsj diseluruh kampung Asmat yang akhirnya difokuskan dalam Pesta Budaya pada hari Senin –Selasa-Rabu kedua bulan Oktober di Agats.

INTI PEMIKIRAN:
Kenapa masih ada Pesta Budaya tradisional selain pesta budaya tahunan pada bulan Oktober di Agats. Kenyataannya memang demikian karena konsentrasi pesta-pesta budaya tradisional yang dimotori oleh para tetua adat dirumah adat JEU sudah menjadi tradisi turun temurun yang selalu dipertahankan sampai pada hari ini. Adapun pesta budaya tradisional seperti : pesta perisai ”Jemesj Pokmbi”, pesta topeng ”Jipae Pokmbi”, pesta perahu, pesta tiang leluhur ”Mbisj”,pesta rumah adat “Jeu”, pesta inisiasi “ Emak Cem “ , pesta noken kayu “Esakpabi” dll Adapun kegiatan ini diselenggarakan dalam waktu persiapan lebih dari 6 bulan atau setahun. Awal mula sebuah pesta sering dimulai pada saat bahan-bahan utama yang dipakai pada inti pesta sudah diambil dari dalam hutan, maka suatu pesta adat terselenggara dengan membutuhkan energi yang begitu besar dan kuat serta termin waktu yang lebih panjang. Sambil mengenang dan mengisi kegiatan acara yang suci, selalu dikumandangkan lagu – lagu yang dinyanyikan bait per bait oleh seorang penyanyi dari tetua adat secara solo maupun bersama-sama dengan diiringi pukulan beberapa Tifa bertalu-talu yang kadang – kadang dilakukan pada malam hari atau pada siang hari. Ada makna tersendiri bila diikuti secara langsung, terlebih jika seorang tetua adat PenCeritera membawakan kegiatan ceritera rakyat atau mitos-mitos yang sangat menarik seperti Ceritera Fumeripitsj. Maka dengan demikian bila diikuti dari alur kegiatan pesta budaya tradisional yang sering diadakan dibanyak kampung Asmat sangatlah menarik. Adat ini perlu di pertahankan kelestariannya, norma kegiatan inipun adalah suatu asset seni budaya yang bila dalam koordinasi tetua adat dan insan pariwisata akan menjadi masukan berharga bagi wisatawan yang sangat menarik , sekaligus memperkokoh nilai-nilai adat yang baik yang dimiliki masyarakat lokal.
PAKET WISATA DAN TANTANGANNYA:
Bagaimana menawarkan kegiatan wisata di daerah Asmat, secara tepat? Jawabannya adalah dengan kapal pesiar karena seratus persen topologi wilayah ini, sepanjang mata memandang, adalah rawa bakau yang dibarengi dengan irama kehidupan yang tergantung dari gerakan riak air pasang dan surut setiap hari.
Sudah menjadi tontonan yang lazim, semenjak kota Agats yang dulu masih menjadi distrik dan kini kabupaten, bila suatu saat ada kunjungan kapal pesiar baik yang kecil maupun yang besar masuk ke Teluk Flaminggo, dan berlabuh didalam sungai Asewetsj didepan kota Agats. Sangat menarik lagi bila para wisatawan disuguhkan penyambutan formasi perahu – perahu Asmat dengan teriakan yel yel yang serempak oleh puluhan pendayung dari desa sekitar dengan iringan tiupan terompet Bamboo “Fu” serta semburan kapur putih yang dilemparkan keudara , sebagai penambah semarak, diadakan pukulan tifa bertalu-talu sambil bernyanyi. Begitulah suguhan awal yang kita sebut Upacara Selamat Datang yang sama bila diadakan dikampung-kampung bila mengantarkan tamu-tamu langsung masuk kedalam rumah adat Jeu.
A. POLA PEMIKIRAN.
Untuk menyuguhkan suatu pesta budaya yang alamiah tanpa direkayasa oleh pihak luar adalah solusi yang paling tepat dan benar, dengan demikian musyawarah demokratif yang telah ditanamkan didalam rumah adat Jeu semenjak nenek moyang suku Asmat manusia sejati itu berada dimuka bumi sangat dihargai dan tidak terintervensi dari pihak luar. Maka apa yang telah berjalan dan diputuskan dari tungku api utama oleh ketua adat adalah suatu titah dan amanat yang harus dijalankan setelah adanya suatu kesepakatan yang konkrit. Maka berdasarkan itulah suatu pesta akan digelar dan setiap tungku api yang mewakili setiap marga didalam kampung akan menjalankannya dengan rasa tanggung jawab. Maka dari itu Kita dari insan Pariwisata harus menghargai apa yangh sudah berjalan, dan biarlah berjalan secara alamiah. Dengan demikian nilai-nilai dari upacara pesta tetap ada bagi yang empunya budaya itu sendiri dan bagi penikmat pesta. Para tamu akan mengerti suatu nilai yang tak terkira dari hasil ukiran yang dibuat saat diresmikan pada hari terakhir. Pesta adat yang bersangkutan bila diikuti secara nyata ada suatu persembahan utama sebelum hari terakhir dimana ulat sagu harus diambil setelah dibelah dari batangnya dan dibawa masuk kedalam Jeu pada sore hari. Disitulah saudara bersaudara saling memberikan makan satu sama lain berupa ulat sagu yang dimasak diatas bara api dengan sagu setelah dibungkus dengan daun. Mereka saling memaafkan dan melanjutkan dengan kerja sama dari pihak om-om dan mantu-mantu untuk mewarnai setiap ukiran yang dibuat dengan warna putih dari kerang siput, warna merah dari tanah liat dan warna hitam dari bekas arang. Begitulah salah satu upacara salawaku “Jemesj” yang pernah disaksikan pada tanggal 8 Oktober 2006 di Basim.

B.CARA MENGEMASKAN SUATU PAKET WISATA:
1. Pusat Informasi :
Setelah kita menyadari lebih dalam akan sistim adat yang telah dijalankan oleh yang memiliki obyek wisata di rumah adat Jeu, Maka tak dipungkiri lagi bahwa kegiatan wisata ditanah Asmat berawal dari keputusan masyarakat lokal sendiri. Semenjak awal dari suatu jenis kegiatan pesta budaya yang akan dilakukan telah dikumpulkan berita ini, Informasi oleh Dinas Pariwisata di Agats, ditambahkan informasi yang ditopang oleh : KeUskupan Agats dari kerja sama Paroki-Paroki setempat, Lembaga Masyarakat Adat Asmat dari kerja sama ketua Far setempat, Kantor Distrik pemerintahan setempat yang membantu menyampaikan berita lewat radio SSB.
Adapun alasan untuk mengandalkan ketiga komponen ini yaitu : keUskupan, pemerintah dan sipil agar dapat menopang penghimpunan informasi di kantor Dinas Pariwisata Asmat, dengan catatan yang perlu ditelusuri, sbb :
Pertama.: Menghindari biaya tinggi untuk survey acara pesta budaya dikampung-kampung karena ongkos BBM di Asmat sudah mencapai dua kali lipat dari harga normal dan sangatlah memberatkan bagi transportasi hilir mudik untuk hanya mengetahui ada kegiatan apakah gerangan disana ?
Kedua : Mencoba mengfungsikan komponen-komponen terkait yang peduli untuk memberikan akses informasi yang jelas dalam bekerja sama dengan insan pariwisata yang ingin berkunjung ke Asmat, sehingga suatu acara bersama yang dikelola dapat terkoordinasi dengan baik pula
Ketiga : Harus dibuat persamaan persepsi, yaitu lebih mengutamakan peningkatan taraf hidup masyarakat lewat kegiatan Pariwisata. Artinya bagaimana menyalurkan hasil pembuatan ukir-ukiran dalam suatu pesta budaya agar terus diterima dan diminati oleh para pengunjung wisata ?
Keempat.: Menghindari suatu rekayasa acara pesta budaya dikampung-kampung dari pihak luar, sehingga ada norma-norma yang dalam tata budaya setempat yang dilindungi kelestariannya, bukan dilanggar.
2. Kesepakatan Mitra Kerja :
Untuk memenuhi suatu kerja sama yang luas dalam mewujudkan DTW yang sempurna, tentu tidak terlepas dari kerja sama PATGOM ( Papua Tour Guides Community ) sebagai pekerja lapangan maupun ASITA (Asosiasi Perusahaan Perjalanan Indonesia / Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies) sebagai penjual paket tour. Maka dengan tujuan ini, Kita ingin menjadikan pemilik obyek wisata sebagai pusat kontrol karena mereka yang mempunyai hak mencetuskan Pesta Budaya apakah yang akan ditampilkan sehingga dengan demikian pihak PATGOM dan ASITA akan terus memantau dari awal kegiatan karena proses persiapan dari suatu paket wisata sudah dipatok sejak awal maka kampung-kampung dimana pesta budaya itu akan diadakan sudah menjadi target kunjungan tujuan wisata yang telah dari awal sudah dijamin dengan melakukan Kesepakatan Mitra Kerja lewat Dana Deposit Acara Pesta Budaya yang kemudian akan ditransfer langsung kepada Dinas Pariwisata Asmat di Agats, sehingga dengan demikian juga kegiatan pesta budaya akan terus bergulir dan proses waktu kunjungan tamu manca negara segera diatur . Harus sadar bahwa proses kegiatan pesta berlangsung cukup lama dan membutuhkan energi yang besar untuk mempersiapkan bentuk dari suatu ukiran seperti tiang leluhur “ Mbisj “, perahu roh “Wuramon”, salawaku “Jemesj”, atau anyaman topeng roh “Jipae” dan segala jenis pesta ini akan diselesaikan dengan hanya menunggu persembahan terakhir berupa ulat sagu yang telah masak dan siap dibelah untuk diambil pada saat akan diresmikan. Maka cara menangani waktu tiba dari pihak yang berkunjung harus lebih dahulu dilihat kapan pesta budaya itu akan selesai dan kemungkinan besar suatu pesta tak dapat dipercepat karena itupun tidak akan sesuai dengan tata cara budaya yang benar. Maka untuk lebih tepatnya suatu acara pesta hanya dapat dilakukan dengan merekayasa penundaannya agar dapat disinkronisasikan hari yang tepat pada waktu kedatangannya, karena bila bentuk persembahan sudah siap berarti proses terakhir untuk mengambil ulat sagu dapat disesuaikan dengan waktu penebangan pohon sagu, dan berselang waktu ketika sudah hadir menjadi ulat sagu , ketika itu juga suatu pesta dapat diresmikan pada tanggal dan hari yang tepat untuk dikonfirmasikan pada waktu kedatangan yang dijanjikan bagi tamu melakukan kunjungan ,karena bila bentuk persembahan sudah siap berarti proses terakhir untuk mengambil ulat sagu dapat disesuaikan dengan waktu penebangan pohon sagu, dan berselang waktu ketika sudah hadir menjadi ulat sagu , ketika itu juga suatu pesta dapat diresmikan pada tanggal dan hari yang tepat untuk dikonfirmasikan pada waktu kedatangan yang dijanjikan bagi tamu melakukan kunjungan. Maka disitulah makna suatu pesta sudah dilengkapi sesuai dengan tata budaya yang telah diatur dirumah adat Jeu.
III. PROMOSI PAKET WISATA:
A.Kapal Pesiar :
Suatu promosi wisata telah dijalankan karena ada ciri khas yang berkarakter dari obyek wisata yang diandalkan, selain itu kiranya ada motivasi dari pengunjung untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat terutama dengan menambah penghasilan bagi masyarakat setempat dalam hal ini, para pengukir. Maka tipe program wisata dengan mendatangkan kapal pesiar diwilayah Asmat adalah solusi yang tepat untuk saling menguntungkan, apalagi kalau program paket wisata yang dikombinasikan antara kunjungan wisata Pesta Budaya Tradisional dikampung-kampung, dan kemudian yang difokuskan untuk mengikuti Acara Pelelangan pada pesta Budaya tahunan pada setiap bulan Oktober di kota Agats. Tetapi harus diperhatikan jangan sampai kegiatan para seniman yang mengikuti acara pesta tradisional dikampung-kampung dapat bertabrakan dengan acara yang diikuti dalam kegiatan pesta budaya yang diadakan di Agats.
Inilah sekedar gambaran salah satu program paket wisata yang pernah dilakukan :
Tanggal 8 Oktober 2006 :
Kapal pesiar dapat berlabuh dekat muara Fayit, sebelah selatan wilayah Asmat , menuju pantai Kasuarina. Pada pagi harinya mengunjungi kampung pertama di Basim untuk menyaksikan pesta budaya salawaku “Jemesj”. Dan pada sore harinya mengunjungi kampung kedua di Biopis untuk menyaksikan Pesta Budaya tiang leluhur “Mbisj”.
Tanggal 9 Oktober 2006 :
Kapal pesiar melanjutkan perjalanan ke sungai Unir dan terus menelusuri sungai Pomatsj kearah Distrik Sawa Erma dan pada pagi hari itu mengunjungi pesta budaya topeng roh “Jipae” di Pupis. Setelah usai menyaksikan kegiatan pesta dan belanja barang-barang yang diminati oleh pengunjung, Kita kembali makan siang di kapal dan setelah itu berkunjung melihat pesona Tipe Gereja Inkulturasi hasil karya Umat dan Pastor setempat di kampung Er. Menjelang matahari terbenam kapal pesiar segera melanjutkan perjalanan kembali dengan tujuan sungai Asyewetsj ke kota Agats.
Tanggal 10 – 11 Oktober 2006 :
Dimulai pada pagi hari sebelum ikut terlibat dalam acara pelelangan, para wisatawan manca Negara maupun domestik dapat melihat pajangan yang dipamerkan dan memilih jenis ukiran apa yang menjadi incaran dari nomor-nomor yang sudah tertera untuk diperebutkan nanti, dari seluruh hasil koleksi terbaik dari Para Pengukir “Wowipitsj” yang telah diseleksi oleh Panitia Acara Pelelangan Pesta Budaya. Disela-sela mengikuti acara pelelangan , tamu dapat menyempatkat diri mengunjungi Museum Kebudayaan dan Kemajuan Asmat yang dikelola oleh Gereja Katolik keUskupan Agats
Tanggal 12 Oktober 2006 :
Tiba di pelabuhan Pomako pada pagi hari setelah mengarungi lautan Arafura pada malam hari dari Agats. Kemudian selama satu jam melanjutkan perjalanan dengan Bus ke kota Kabupaten Mimika di Timika dan bermalam di Hotel Sheraton.
Tanggal 13 Oktober 2006 :
Menuju ke bandara untuk melakukan perjalanan dengan penerbangan Garuda ke Denpasar / Jakarta. Akhir dari kunjungan wisata di Papua.. Selamat Jalan “Doormom”.
B.Timbal Balik.
1. Tanggung Jawab bersama.
Kami sangat menghargai kerja keras pada Panitia Pesta Budaya yang dikelola oleh KeUskupan Agats bersama dengan Kabupaten Asmat yang mengharapkan bila event ini dapat terselenggara dengan sukses setiap tahunnya. Mereka sudah mempersiapkan selama 6 bulan terakhir untuk membimbing, dan bersamaan dalam menyambut hari kemerdekaan 17 Agustus maka kegiatan seleksi dapat diadakan diberbagai wilayah Asmat, bagi pengukir yang dapat masuk nominasi dapat ikut kegiatan pameran dalam Pesta Budaya di Agats, dan terkumpul kali
ini ada 203 buah ukiran. Maka oleh karena itulah diharapkan kepada pihak pengelola Pariwisata yang terkait harus bersikap proaktif untuk melengkapi kekurangan atau melihat peluang-peluang dalam menyusun suatu strategi agar event yang menjadi tanggung jawab dunia Pariwisata di Papua agar terus menjadi barometer dan suatu asset wisata yang tidak akan boleh berakhir dan terus dijaga pelestariannya. Sebagaimana perlu kita ketahui yang berada nun jauh disana ada orang per orang atau kelompok per kelompok yang prihatin akan seni dan budaya yaitu American Museum of Asmat Art dan para wisatawan yang pernah berkunjung ke Asmat yaitu Sago Warm Society yang berbasis di Minnesota, USA. Maka dengan demikian terungkaplah sudah ada tali rantai ikatan yang tak dapat dipungkiri lagi bahwa segala tolak ukur dari suatu kegiatan Pariwisata harus berpedoman pada Asmat Tanah Para Pengukir.

2. Mengelola Strategi dan Peluang:
Telah dipaparkan secara panjang lebar akan apa yang dilakukan untuk bagaimana upaya mendatangkan banyak tamu manca negara dengan kapal pesiar dan bagaimana upaya kegiatan Paket Wisata untuk mengunjungi kampung – kampung sambil berbelanja dan sekaligus dapat membantu Panitia Pesta Budaya untuk memenuhi target pelelangan agar dapat diminati dan dibeli semuanya oleh Para kolektor Seni dan Budaya.
Tetapi selain itu pula sudah saatnya kita segera memikirkan , Bagaimana penyaluran barang – barang yang dibeli oleh tamu untuk dapat membawanya sampai ketujuan dengan selamat, berawal dari Agats – Timika – Surabaya – sampai ke Negara Tujuan.
Maka segala upaya yang perlu kita lakukan antara lain :
a)MEMBUNGKUS DAN MENGIRIMKAN:
Pertama : Kegiatan pembungkusan dilakukan dari awal setelah barang – barang terkumpul di Agats dengan teridentifikasi berupa label nama pada masing – masing barang ketika langsung sudah terbeli, selanjutnya dapat dibungkus dengan karton lalu dilapisi lagi dengan karung plastik sambil dijahit rapi. Akhirnya tak lupa dibubuhi lagi dengan nama yang jelas serta alamat pada setiap barang tersebut.
Adapun tenaga pembungkus diambil tenaga terampil yang tahu jenis ukiran yang mudah patah agar dapat merekayasa sedemikian rupa agar dibawa dan ditumpuk dengan yang lainya akan tetap aman. Dengan cara ini pula, kita sudah membuka peluang lapangan kerja bagi masyarakat setempat karena dengan demikian mereka sudah memikirkan dari awal untuk megumpulkan karton bekas yang layak sebagai bahan – bahan yang dapat dipakai sebagai pembungkus ukiran dari pada dibuang sebagai sampah.
Kedua : Di pelabuhan Pomako – Timika adalah tujuan akhir dari perjalanan kapal pesiar dimana penumpangnya akan diturunkan bersama dengan barang-barangnya tetapi hasil belanjaan mereka dari Asmat dapat ditinggalkan di pelabuhan Pomako untuk langsung diurus pengirimannya ke Surabaya oleh PT Salim Pasific Indonesia Lines.( SPIL)
Berhubung pengiriman barang kali ini memakai sistim pembayaran kolektif dari beberapa orang. Maka harus dipikirkan caranya agar dapat ditempatkan lagi kedalam peti sebelum dimasukan kedalam kontainer 20 feet, sesuai dengan permintaan untuk dibuat peti bagi persentase volume terbanyak bagi yang mempunyai barang koleksi terbanyak.
Perlu dipikirkan pula, untuk mengumpulkan barang-barang dengan tujuan wilayah yang sama agar dimasukan didalam satu peti yang sama , karena akhirnya bila sudah sampai ke Negara Tujuan akan disalurkan lagi kepada alamat masing – masing .
Perlu diingatkan pula, cara memenuhi dan mengatur penempatan bentuk barang ukiran yang lebih panjang harus diprioritaskan lebih dahulu untuk dimasukkan kedalam peti dengan maksud meminimalisasikan ruang kontainer agar nantinya bila ada sisa bentuk barang yang tidak panjang dapat disesuaikan dengan lebar kontainer yang ada sehingga bila perlu semua barang telah bisa dimasukan kedalam peti sebagaimana mestinya.
Ketiga : Mengikuti jadwal kapal container SPIL dari Pomako ke Surabaya akan memakan waktu 10 hari, dan selanjutnya kontainer domestik akan dipindahkan lagi ke Kontainer khusus untuk di eksport yang dikelola oleh PT Dewata Freight International - Surabaya.
b)ANIMO.
Memberikan ketenangan dan konsentrasi untuk memenuhi bentuk perjalanan khususnya di Asmat harus diperhatikan secara spesifik agar membawa kesan tersendiri terutama dalam meningkatkan animo untuk memenuhi niat para peminat ukiran Asmat, apalagi bagi kolektor yang sedang haus mengumpulkan barang seni budaya.
Dari catatan program perjalanan kapal pesiar tahun 2006 yang dikoordinir oleh Sdr. Andre Liem diikuti oleh 18 orang penumpang berasal dari USA dan ada 12 orang tamu yang serius membelanjakan uangnya pada kegiatan pelelangan yaitu sekitar Rp. 124.900.000 dari jumlah total Rp.278.200.000 dari hasil data panitia pelelangan di Agats. Dan tercatat pula ada 74 buah ukiran yang telah dibeli oleh mereka tetapi ada 89 buah barang yang terbeli dikampung – kampung atau diluar acara pelelangan.
Berarti ada catatan khusus bahwa ada animo berbelanja dengan target yang berimbang bila mendatangkan tamu pada saat yang tepat , karena bila dilihat dari rekor belanja pada pelelangan kali ini dibayar Rp.7.500.000 atas nama Bapak Wakil Gubernur Papua untuk satu buah bentuk ukiran patung ceritera asal kampung Atsj, atas nama Pius Wayakis, kemudian rekor lain yang dibayar Rp.5.200.000 untuk sebuah Tifa asal kampung Biopis, atas nama Lodefikus Famek yang diambil oleh salah satu tamu dari kapal pesiar, tetapi khusus dalam Acara pelelangan tamu tersebut telah menghabiskan sekitar Rp.27.400.000 dari 18 buah ukiran yang berbeda. Begitulah gambaran dari suatu proses yang panjang bagaimana seorang pengukir di tanah Asmat bisa menikmati upaya kerja keras yang digiatkan ini, bukan saja hasil materi yang didapat tetapi hasil ukir – ukiran yang ditampilkan dibarengi dengan animo yang tinggi dari para pengukir harus lebih ditingkatkan mutu dan kwalitasnya agar penikmat barang seni budaya dapat terus datang berbondong – bondong mengunjungi ke Asmat Tanah Para Pengukir.
c ) UKIRAN KOMERSIL.
Mengelola strategi lain agar ada peluang lain sehingga Para pengukir dapat meningkatkan taraf hidupnya dengan tidak sekedar hanya memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari adalah dengan memenuhi kebutuhan pasar yang dapat dikemas dalam sebuah bentuk polesan ukiran Asmat yang menjadi ornament penghias suatu bentuk bahan ukiran yang menjadi ciri khas hal – hal yang bersifat komersil, dengan demikian perlu diperhatikan hal – hal sebagai berikut :.
Pertama : Adanya latar belakang kelompok atau rumpun suatu wilayah yang mempunyai ciri khas mengukir pada tiang patung Mbisj. Maka akan lebih cocok dikriteriakan untuk mengukir pilar – pilar untuk tiang rumah, walaupun dari wilayah rumpun Bismam selalu membuat pesta budaya tersebut tetapi kelompok rumpun Safan di pantai Kasuarina di kampung Kairin mempunyai porsi yang jelas untuk mengukir tiang – tiang pilar karena dilihat dari penampilan patung sedang yang penuh memori ceritera. Tetapi tak dipungkiri pengukir seluruh Asmat pasti punya imajinasi yang kreatif.
Ciri khas ukiran tembus dari kampung Atsj dan Yasiw mempunyai kolaborasi pada bentuk jendela-jendela yang dapat berjalan bersama kelompok pengukir dari kampung Sawa Erma. Pengaruh rumpun Kenok atau Unir Sirau punya mobilisasi yang jelas dalam bentuk ukiran diatas panel – panel sehingga ukiran mereka bila diterapkan pada mebel – mebel akan memepunyai ciri khas yang berbeda. Tetapi dipercaya seluruh pengukir Asmat mempunyai akar motif berbeda dari setiap kampung yang menjadi hak mereka masing – masing dan tak dapat diambil sebagai contoh atau ditiru kampung lain, apalagi dicuri oleh tangan – tangan pengukir palsu dari luar Asmat Tanah para Wowipitsj. Karena barang siapa yang coba-coba berani mengambil bukti karya orang lain tanpa seijin dari yang empunya hak sebenarnya maka pada saatnya juga ,”Pencuri” itu akan menanggung sangsinya kelak, sebagaimana kutukan itu akan menghantarkan kesengsaraan bagi pelanggar hak cipta.
Kedua : Dipastikan bahan yang dipakai adalah kayu yang cocok agar kuat dan tahan lama dan bila ada tuntutan untuk membuat satu bentuk pesanan ukiran dengan memadukankan beberapa ukiran dari beberapa pengukir pada satu bahan, mungkin tidak bisa dilakukan demikian karena dimaksudkan agar pengukir dapat bebas berkreasi menyelesaikan suatu bahan sesuai dengan aspirasi yang telah ada dibenak pikiranya. Kecuali bila suatu bentuk bahan yang akan ditempatkan sesuai dengan keinginan pemesan setelah dibawa dan mau dikombinasikan sendiri di tempatnya, itu adalah hak mereka.
Ketiga : Diupayakan dengan cara yang baik dan tepat dalam menentukan ketetapan harga pada bahan kayu yang dipakai dan harga bagi pengukir itu sendiri sehingga benar – benar ada timbal balik dalam kerja sama antara mereka. Karena sudah pasti dari ukuran, bahan dan bentuk tergantung dari para pemesan itu sendiri dan motif ukiran yang diminta tergantung dari mana asal pengukir yang disenangi oleh pemesan itu juga.
d ) DATA KOLEKSI BARANG:
Kontribusi Lembaga Masyarakat Adat Asmat lewat ketua – ketua FAR mempunyai peran dalam pendataan ukiran – ukiran yang tidak sempat terjual dalam pesta budaya tradisional, karena data ini akan diberikan sebagai informasi kepada Dinas Pariwisata di Agats. Seandainya ada kunjungan dari para peminat yang datang tanpa dengan kapal pesiar dan sambil melihat secara langsung akan barang – barang koleksi yang diinginkan maka tidak akan susah untuk mencarinya, lagi pula secara perhitungan waktu dan biaya perjalanan dapat ditekan. Selain itu diharapkan para kolektor seni budaya dapat memberi harga yang wajar sesuai dengan makna yang telah dilangsungkan lewat pesta budaya tradisional, berhubung proses pembuatan satu buah tiang leluhur “Mbisj” telah melibatkan beberapa orang dalam satu keluarga besar.
Ada beberapa pengukir terkenal yang selalu ikut dalam acara pelelangan pesta budaya mempunyai koleksi-koleksi pribadi yang dapat ditemui di Agats, antara lain : Thomas Omanerpak dari Per, Robertus Atju dari Jufry, Adam Saimas dari Yepem, Primus Oambi dari Agats dan lain-lain. Pada masa yang akan datang diharapkan bila akses penggunaan internet lewat Website dapat dioptimalkan dan dikelola dengan benar maka berbagai informasi dapat terangkum dengan lengkap.
IV. PAKET WISATA DAN LINGKUNGAN.
Semua orang tahu bahwa kegiatan Pariwisata sangat berkaitan dengan efek yang ditimbulkan oleh kerusakan lingkungan hidup. Tetapi apa yang menjadi pemandangan yang kurang menarik adalah kurangnya perhatian yang maksimal dalam menata kebersihan lingkungan setempat. Apalagi suatu event Pariwisata yang telah menjadi konsumsi wisatawan manca negara yang setiap tahun telah ditetapkan sebagai Daerah Tujuan Pariwisata maka kota Agats akan menjadi panutan pada masa yang akan datang agar lebih serius dikelola penanganan sampah, sehingga tidak ada lagi santapan khusus lewat kritikan yang pedas dari wisatawan kepada setiap Pramuwisata yang telah menjual Paket Wisata ke kota Agats, karena setiap kali suatu perjalanan itu selesai akan selalu diterima sebagai nilai minus dari seluruh kesan yang terbaik maka bila adfa kepanjangan tangan yang dapat menangani secara langsung maka itulah cara yang terbaik.
Latar belakang mengapa pembuangan sampah tidak dikelola dengan baik karena tidak ada tindakan budaya bersih untuk menjaga lingkungan karena sudah menjadi ketergantungan dengan mengikuti bila air pasang maka diharapkan sampah bisa terapung dan bila air surut secara drastis maka kotoran lingkungan diharapkan pula dapat menarik sampah – sampah itu keluar oleh air dan terbuang ke laut lepas mengingat kota Agats terletak dimuara sungai Asyewetsj. Mungkin ada hal – hal yang perlu diperhatikan yaitu :
Pertama : Mengajak kesadaran masyarakat sebagai tuan rumah pada waktu pesta budaya agar memeperhatikan kebersihan lingkungan atau halaman sekitar rumah masing – masing, bila perlu dengan terus menuntun dengan pengeras suara lewat petugas khusus.
Kedua : Agar disekitar lokasi tempat pelelangan ada tempat sampah sebanyak mungkin dengan bertuliskan : Tempat Sampah Khusus Plastik , Tempat Sampah Khusus Kertas, Tempat Sampah Khusus Kaleng. Dan tulisan – tulisan yang memancing kesadaran untuk menata lingkungan yang bersih, karena ada hal yang sederhana untuk kita turuti tetapi itu telah menunjukkan dari bagian iman yang setiap manusia punyai.
Ketiga : Segera mencari solusi bagaimana menciptakan pembuangan sampah pada tempat yang sesuai atau budaya peduli lingkungan yang asri agar menjaga kriteria pencanangan kota Agats adalah Kota Khusus Pariwisata.

PERSEMBAHAN TULISAN INI:
1.Persembahan tulisan ini kami coba paparkan melalui kaca mata yang tidak lebih dalam tetapi sekedar untuk menjadi kriteria : Apa yang mungkin bisa dilakukan, Apa yang mungkin bisa dipersiapkan, Apa yang mungkin bisa diatur, Apa yang mungkin bisa digali, Apa yang mungkin bisa dikembangkan akan suatu kegiatan obyek wisata untuk pedoman bagi Pesta Budaya – Pesta Budaya yang lain diwilayah Papua khususnya, berhubung begitu banyak suku dan etnis dari 250 bahasa dan dialek yang sangat berbeda karakter dan ciri khas budayanya maka tulisan ini mungkin dapat memberi suatu persepsi pada jalur – jalurnya.
2.Persembahan tulisan ini, kami coba memberi masukan bagi kegiatan awal kami ditahun agenda kerja 2007 – 2008 sebagai bahan informasi Pariwisata bagi seluruh anggota Himpunan Pramuwisata Indonesia – Papua, agar dapat membantu orientasi dalam mencari visi dan misi bagi pembangunan dunia Pariwisata di tanah Papua dengan cara menggalang segala aspek untuk berbaur dalam memasyarakatkan Pariwisata dan memPariwisatakan masyarakat.
3.Persembahan tulisan ini, untuk mengenang teman seperjuangan kami Lukky Kanyuga dan Agus Yipayaya (Kisah perjalanan pada Tabloid Pesona Papua edisi ke-3) yang telah hilang bersama seorang crew TV 7 dalam perjalanan dari Agats ke Timika pada tanggal 6 Juni 2006. Karena berkat kontribusi yang pernah diberikan sehingga tulisan ini dapat terlaksana. Semoga Tuhan YMK selalu bersamanya. Amin
Jayapura, 6 November 2006
Ditulis Oleh : Andre Liem

IN THE MIDDLE OF NO WHERE……..BUT IN THE CENTER OF UNIVERSE

Tidak ada komentar:

Posting Komentar